Rabu, 21 Juli 2010

REHABILITASI KESEHATAN JIWA

REHABILITASI KESEHATAN JIWA

PENDAHULUAN

Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa menggunakan metode ilmiah berupa proses keperawatan, berinteraksi dengan klien baik individu, keluarga maupun masyarakat untuk mencapai kemandirian klien.
Salah satu asuhan keperawatan dalam memandirikan klien adalah dengan program rehabilitasi sesuai dengan pengertian rehabilitasi pasien jiwa yang dirumuskan dalam Rapat Kerja Nasional Kesehatan Jiwa (1970) dan disempurnakan oleh Badan Koordinasi Rehabilitasi Penderita Penyakit Jiwa adalah”… Usaha untuk mengembalikan pasien ke masyarakat untuk menjadikannya sebagai warga yang berswasembada (mandiri) dan berguna.
Pada penyuluhan kesehatan terdapat empat tingkat intervensi:yaitu:
1. Meningkatkan kesadaran individu, keluarga, kelompok /masyarakat tentang masalah dan peristiwa yang berhubungan dengan sehat dan sakit sesuai tugas perkembangan normal
2. Meningkatkan pemahaman seseorang tentang dimensi stressor yang potensial, kemungkinan hasil (baik adaptif maupun maladaptif) dan alternatif respon koping
3. Meningkatkan pengetahuan seseorang dimana dan bagaimana memperoleh sumber yang dibutuhkan
4. Meningkatkan keterampilan penyelesaian masalah individu dan kelompok, keterampilan interpersonal, toleransi terhadap stress dan frustasi, motivasi , harapan dan harga diri

TINJAUAN TEORI
A. Sehat Jiwa / Mental
Menurut APA ( The Mental Psychiatric Association (APA) (1880): Sehat jiwa atau mental adalah “… Keberhasilan yang terus menerus pada saat bekerja, mencintai dan mencipta dengan kepastian yang matang, dan solusi yang fleksibel terhadap konflik yang muncul antara insting, konsekwensi kepentingan orang lain dan realitas. “ Menurut Townsend sehat jiwa / mental dipandang sebagai adaptasi yang berhasil terhadap stressor yang muncul dari lingkungan internal/eksternal, yang ditunjukkan dengan pikiran, perasaan dan tingkah laku yang sesuai dengan usia dan norma lokal dan kultural
Indikasi sehat jiwa/mental:
1. Bahagia
- Menemukan kehidupan yang dinikmati
- Dapat melihat obyek orang dan aktivitas yang memungkinkan mereka memenuhi dan mendapatkan kebutuhannya sendiri
2. Kontrol terhadap prilaku
- Dapat mengenal dan mengetahui batasan dari tingkah laku
- Dapat berespon terhadap aturan rutinitas dan kebiasaan dari beberapa kelompok dimana dia berada
3. Keefektifan dalam bekerja
- Dapat melakukan tugas sesuai dengan batas kemampuan
- Pada saat menemui kegagalan, seseorang masih dapat bertahan sampai dia menentukan apakah dia akan dapat menyelesaikan pekerjaan itu atau tidak
4. Konsep diri yang baik
- Melihat diri dengan pendekatan yang ideal, sesuai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
- Tingkat diri, kepercayaan diri yang beralasan akan menolong seseorang pada saat mengalami stress.

B. Rehabilitasi
1. Pengertian
L.E Hinsie dan R. J Campbell dalam “Psychiatric Dictionary” merumuskan pengertian rehabilitasi adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikososial dan latihan vokasional sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian diri secara maksimal dan untuk mempersiapkan pasien secara fisik, mental, sosial, dan vokasional untuk kehidupan penuh sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuan kearah:1). mencapai perbaikan fisik sebesar-besarnya; 2). Penempatan vokasional sehingga dapat bekerja dengan kapasitas yang maksimal; 3). Penyesuaian diri dalam hubungan perorangan dan sosial secara memuaskan
Rehabilitasi adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk kembali pada tingkat fungsi setinggi mungkin. Biasanya bertujuan untuk mengembalikan pada tingkat fungsi yang sama atau lebih tinggi daripada tingkat fungsi ketika sebelum sakit. ( Stuart dan Sundeen )
Menurut WHO 1882 rehabilitasi adalah suatu proses kompleks yang meliputi berbagai disiplin dan merupakan gabungan dari usaha medik, sosial, edukasional, dan vokasional yang terpadu untuk mempersiapkan, menyalurkan atau menempatkan dan membina seseorang agar dapat kembali mencapai taraf kemampuan fungsional setinggi mungkin.

2. Tujuan Rehabilitasi
- Mencapai perbaikan fisik dan mental sebesaar-besarnya
- Penempatan/penyaluran dalam pekerjaan dengan kapasitas maksimal
- Penyesuaian diri dalam hubungan perorangan dan sosial secara
memuaskan, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berswadaya, swasembada, (mandiri) dan berguna.
Setiap aspek dari rehabilitasi memiliki tujuan khusus:
a. Aspek medis
Bertujuan untuk mengurangi invaliditas serta meningkatkan validitas
b. Aspek psikologi dan sosial
Bertujuan kearah tercapainya penyesuaian diri, tercapainya harga
diri dan juga tercapainya pandangan dan sikap yang sehat dari masya
rakat terhadap rehabilitan
c. Aspek vokasional dan re-edukasi:
Bertujuan ke arah tercapainya kecakapan yang produktif dan berguna
d. Aspek legislatif dan administratif:
Bertujuan ke arah terbentuknya peraturan perundang-undangan yang
mengatur rehabilitasi pasien jiwa.

3. Kegiatan Rehablitasi
Upaya rehabilitasi dibagi dalam tiga tahap. Masing–masing tahap mempunyai bermacam-macam kegiatan, yang merupakan rangkaian usaha dalam proses rehabilitasi pasien jiwa.
Tahap-tahapnya :
a. Tahap persiapan
b. Tahap penyaluran/penempatan
c. Tahap pengawasan

Aktivitas kegiatan untuk mencapai tujuan rehabilitasi kesehatan jiwa menurut Anthoni (1980)

Fisik

Emosional

Intelektual

KETERAMPILAN HIDUP
Higiene personal

Kebugaran fisik

Penggunaan angkutan umum

Memasak

Belanja

Kebersihan

Peran serta dalam olah raga

Penggunaan fasilitas rekreasi

Hub antar manusia

Kontrol diri

Penghargaan yang selektif

Reduksi stigma

Penyelesaian masalah

Keterampilan berbicara

Pengelolaan uang

Penetapan tujuan

Pengembangan masalah

Penggunaan sumber-sumber komunitas

KETERAMPILAN BELAJAR
Dapat tenang

Memberikan perhatian

Tetap duduk

Mengamati

Ketepatan waktu

Kemampuan berbicara

Mengajukan pertanyaan

Menjawab dengan sukarela

Mengikuti petunjuk

Meminta pengarahan

Mendengarkan

Membaca

Menulis

Keterampilan Belajar

Aktivitas hobi

Mengetik

KETERAMPILAN BEKERJA

Ketepatan waktu

Penggunaan alat kerja

Kekuatan pekerjaan
angkutan pekerjaan

Tugas pekerjaan spesifik

Wawancara bekerja

Pembuatan keputusan

Hubungan antar manusia

Kontrol diri

Mempertahankan pekerjaan

Tugas pekerjaan spesifik

Pemenuhan syarat kerja

Pencariaan kerja

Tugas pekerjaan spesifik.




PENUTUP
Program Rehabilitasi yang dilakukan harus dapat menjamin kesinambungan tanggung jawab atas perawatan penderita mulai dari sebelum masuk rumah sakit, selama dirumah sakit, segera sesudahnya dan sesudah penderita kembali bekerja seperti semula.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1990. Rehabilitasi. Jakarta: EGC
Maramis. W.E. 1989. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: FK Airlangga
Stuart & Sundeen. 1998. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

PERAWATAN PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH

PENDAHULUAN

Seringkali penderita yang mengalami gangguan jiwa (Skizofrenia) mengalami kekambuhan sehingga ia harus menjalani perawatan dan pengobatan yang berulang/ keluar masuk rumah sakit jiwa. Banyak faktor yang memicu terjadinya kekambuhan yaitu faktor lingkungan, keluarga, penyakit fisik, maupun faktor dari dalam individu itu sendiri.

Lingkungan dan keluarga mempunyai andil yang besar dalam mencegah terjadinya kekambuhan pada penderita dengan gangguan jiwa, oleh karena itu pemahaman keluarga mengenai kondisi penderita serta kesediaan keluarga dan lingkungan menerima penderita apa adanya dan memperlakukannya secara manusiawi dan wajar merupakan hal yang mendasar dalam mencegah kekambuhan penderita.

Berikut ini adalah beberapa hal yang penting yang perlu diketahui oleh keluarga dan lingkungan mengenai penyakit skizofrenia sehingga keluarga dan lingkungan akan lebih mampu merawat dan mencegah terjadinya kekambuhan pada anggota keluarga/masyarakat yang mengalami gangguan jiwa (skizofrenia)

PENGERTIAN

Shizofrenia bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi merupakan kumpulan/kelompok gangguan dengan ciri-ciri perilaku tertentu yaitu perubahan perilaku yang meliputi beberapa aspek: aspek kognitif/ kecerdasan / pengertian (ingatan, perhatian, bentuk & jumlah ucapan, pengambilan keputusan, dan bentuk atau isi pikiran), aspek persepsi/ penilaian (halusinasi dan ilusi), aspek emosi, aspek perilaku dan gerakan, serta aspek hubungan dengan orang lain dan lingkungan.

GEJALA YANG MUNCUL

Gejala yang muncul pada penderita skizofrenia berfariasi sesuai dengan jenisnya, secara umum gejala penderita skizofrenia adalah :

1. Perubahan kognisi/ kecerdasan/ pengertian meliputi :

a. Gangguan ingatan; pelupa, tidak berminat, kurang patuh, mudah bosan, dll.

b. Gangguan perhatian; kesulitan menyelesaikan tugas, kesulitan berkonsentrasi pada pekerjaan.

c. Gangguan bentuk pikir dan isi pembicaraan; kesulitan mengkomunikasi kan pikiran dan perasaan.

d. Gangguan dalam pengambilan keputusan; kesulitan melakukan dan menjalankan aktifitas, ketidakmampuan menjalankan perintah lebih dari satu, masalah dalam pengelolan waktu, kesilitan mngelola keuangan, penafsiran kata-kata dan simbol secara harfiah.

e. Gangguan isi pikir; waham, misalnya merasa sebagai orang hebat, mempunyai kekuatan magis, merasa dikejar-kejar sesuatu, curiga dengan orang lain selain dirinya, dsb.

2. Perubahan persepsi/ penilaian , meliputi :

a. Halusinasi: mendengar ada suara-suara yang membisiki atau melakukan sesuatu, membaui bangkai atau bau-bauan lainnya, merasa ada yang menyentuh atau merasuki badannya, dsb.

b. Ilusi : melihat atau bertemu dengan orang yang sudah meninggal, melihat sesuatu tanpa objek yang jelas.

3. Perubahan emosi, meliputi : emosi yang diekpresikan berlebihan atau kurang,sikap yang tidak sesuai, misalnya; tertawa terbahak-bahak padahal tidak lucu, menangis tanpa sebab yang jelas, marah-marah tanpa sebab yang jelas, dsb.

4. Perubahan perilaku dan gerakan , meliputi : mematung, meniru gerakan orang lain, jalan tidak normal, mengamuk, merusak barang, memukul orang, membunuh dll.

5. Perubahan hubungan sosial dan lingkungan, meliputi : lebih senang menyendiri, mengurung diri, tidak tertarik dengan aktifitas bersama-sama, dll.

FAKTOR PENCETUS

1. Faktor biologis, yaitu ketidaknormalan dari otak baik yang terjadi akibat kelainan sejak lahir maupun timbul akibat benturan atau penyakit tertentu.

2. Faktor psikologis/kejiwaan.

3. Faktor sosial budaya.

PEMICU MUNCULNYA GEJALA

1. Masalah kesehatan, misalnya kurang tidur, penyakit infeksi, keletihan/ kelelahan dll.

2. Masalah lingkungan, misalnya; rasa bermusuhan/dimusuhi lingkungan, stress dengan lingkungan tempat tinggal, kesepian, dihina oleh orang lain, tekanan pekerjaan, dll.

3. Masalah sikap/ perilaku, misalnya; kurang percaya diri, merasa gagal, ketrampilan bersosialisasi kurang, dll.

PENGOBATAN

Pada dasarnya pengobatan shizofrenia dalam masa krisis dan akut dimana dalam kondisi ini penderita dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lainnya, pada kondisi ini penderita perlu perawatan dirumah sakit untuk diberikan perawatan dan pengobatan sesuai dengan gejala-gejala yang muncul, bagi penderita yang sudah dalam tahap pemulihan dan pemeliharaan kesehatan sebenarnya dapat dilakukan dengan pengobatan rawat jalan dan perawatan dirumah dimungkinkan. Pada tahap ini peran serta keluarga dan lingkungan sangat besar, sehingga diperlukan pngetahuan tentang tata cara perawatan dirumah supaya tidak terjadi kekambuhan, satu hal yang perlu disadari bahwa pengobatan sakit jiwa ini tidak hanya dalam hitungan hari atau minggu, bisa bulanan bahkan tahunan, oleh sebab itu keluarga diharapkan sabar dan telaten dalam merawat penderita dirumah.

PERAWATAN PENDERITA DIRUMAH

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga dan lingkungan dalam merawat penderita gangguan jiwa dirumah :

1. Memberikan kegiatan/ kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari-hari.

2. Berikan tugas yang sesuai kemampuan penderita dan secara bertahap tingkatkan sesuai perkembangan.

3. Menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri dalam melakukan kegiatan, misalnya; makan bersama, bekerja bersama, rekreasi bersama, dll.

4. Minta keluarga atau teman menyapa ketika bertemu dengan penderita, dan jangan mendiamkan penderita, atau jangan membiarkan penderita berbicara sendiri.

5. Mengajak/ mengikutsertakan penderita dalam kegiatan bermasyarakat, misalnya pengajian, kerja bakti dsb.

6. Berikan pujian yang realistis terhadap keberhasilan penderita, atau dukungan untuk keberhasilan sosial penderita.

7. Hindarkan berbisik-bisik di depan penderita/ ada penderita dalam suatu ruangan yang sama/ disaksikan oleh penderita.

8. Mengontrol dan mengingatkan dengan cara yang baik dan empati untuk selalu minum obat dengan prinsip benar nama obat, benar nama pasien, benar dosis, benar waktu, benar cara pemberian.

9. Mengenali adanya tanda - tanda ke kambuhan seperti; sulit tidur, mimpi buruk, bicara sendiri, senyum sendiri, marah-marah, sulit makan, menyendiri, murung, bicara kacau, marah-marah, dll.

10. Kontrol suasana lingkungan yang dapat memancing terjadinya marah.

11. Segera kontrol jika terjadi perubahan perilaku yang menyimpang, atau obat habis.