Rabu, 21 Juli 2010

PSIKOSOSIAL REMAJA dan ANOREXIA NERVOSA

BAB I

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10–14 tahun), masa remaja penengahan (14–17 tahun) dan masa remaja akhir (17–9 tahun), Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis psikologis maupun sosial. Tetapi umumnya prosespematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial).

Seorang remaja tidak lagi dapat disebut sebagai anak kecil, tetapi belum juga dapat dianggap sebagai orang dewasa. disatu sisi ia ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang-tua, disisi lain pada dasarnya ia tetap membutuhkan bantuan, dukungan serta perlindungan orang-tuanya. Orang-tua sering tidak mengetahui atau memahami perubahan yang terjadi sehingga tidak menyadari bahwa anak mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja, bukan lagi anak yang selalu perlu dibantu.

Orang-tua menjadi bingung menghadapi labilitas emosi dan perilaku remaja, sehingga tidak jarang terjadi konflik diantara keduanya. Apabila konflik antara orang–tua dan remaja, menjadi berlarut-larut dapat menimbulkan berbagai hal yang negatif, baik bagi remaja itu sendiri maupun dalam hubungan antara dirinya dengan orang-tuanya. Kondisi demikian merupakan suatu stresor bagi remaja; yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan yang kompleks, baik fisik, psikologik maupun sosial termasuk pendidikan. Antara lain dapat timbul berbagai keluhan fisik yang tidak jelas penyebabnya, maupun berbagai permasalahan yang berdampak sosial seperti malas sekolah, membolos, ikut perkelahian antara pelajar (tawuran) dan menyalahgunakan NAPZA. Kondisi seperti ini, bila tidak segera diatasi dapat berlanjut sampai dewasa dan dapat berkembang ke arah yang lebih negatif. Antara lain dapat timbul masalah maupun gangguan kejiwaan dari yang ringan sampai berat.

Apabila pada kenyataannya perhatian masyarakat lebih terfokus pada upaya meningkatkan kesehatan fisik semata, kurang memperhatikan faktor non fisik (intelektual, mental emosional dan psikososial). Padahal faktor tersebut merupakan penentu dalam keberhasilan seorang remaja dikemudian hari. Faktor non–fisik yang berpengaruh pada remaja adalah lingkungan, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah serta lingkungan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu orang tua atau orang yang berhubungan dengan remaja perlu mengetahui ciri perkembangan jiwa remaja, pengaruhlingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja serta masalah maupun gangguan jiwa remaja. Pengetahuan tersebut dapat membantu mendeteksi secara dini bila terjadi perubahan yang menjurus kepada hal yang negatif.

Orang tua memerlukan dukungan dalam membekali remajanya. Puskesmas dapat membantu orang tua, remaja, guru, dan pihak lainnya untuk dapat mengatasi remaja bermasalah atau mencegah terjadinya masalah. Dalam ketiga fungsinya yaitu pelayanan medis, penggerakan masyarakat, dan pembinaan wilayah, puskesmas sangat berperan. Untuk itu diperlukan panduan bagi dokter puskesmas agar dapat membantu remaja, orang-tua, guru dan tokoh masyarakat lainnya.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Perkembangan Remaja

Masa remaja dapat dibagi manjadi 3 (tiga) tahapan yaitu masa remaja awal, remaja pertegahan, dan remaja akhir, ciri yang paling nyata masa remaja adalah mereka cepat tinggi. selama masa kanak anak perempuan dan laki-laki secara fisik tampak mirip kecuali hanya perbedaan genitalia. Mereka memakai baju dan gaya rambut yang sama, Contohnya memakai celana jeans, baju kaos ( “ t shirts “), dan berambut pendek. Perkembangan remaja terdiri dari perkembangan fisik, psikososial, dan moral.

1. Perkembangan Fisik

Anak perempuan mulai berkembang pesat pada usia 10,5 tahun dan paling cepat pada usia 12 tahun. Sedangkan anak laki-laki 2 tahun lebih lambat mulainya, namun akhirnya anak laki-laki bertambah 12 – 15 cm dalam 1 tahun hingga pada usia 13 sampai menjelang 14 tahun. Kenyataannya perkembangan fisik dan emosional tidak selalu berjalan searah. Seorang anak yang bertumbah tinggi, tidak selalu lebih matang secara emosional dibandingkan dengan anak seusia yang lebih pendek. Pertumbuhan tinggi remaja tergantung dari 3 faktor yaitu : genetik (faktor keturunan), gizi dan variasi individu.

Faktor genetik mempunyai efek yang nyata misalnya orang-tua yang tinggi akan mempunyai anak yang tinggi pula. Faktor gizi juga mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan anak. Anak yang mendapat gizi yang baik, tumbuh lebih tinggi, sedangkan anak yang kurang gizi akan lebih pendek. Faktor genetik sudah terlihat sejak usia dini. Orang-tua yang ingin memonitor kesehatan anaknya, harus mengukur dan mencatat pertumbuhan tinggi dan berat anak, setiap bulan sekali sejak lahir dan dicatat di KMS. Bila tidak mencapai target berat badan ideal, perlu konsultasi dengan tenaga kesehatan. Berat badan bertambah pesat pada usia 10–18 tahun. Pada anak laki-laki pertambahan berat ini terutama pada otot, sedangkan pada anak perempuan pada otot dan lemak yang ditumpuk di payudara, pinggul dan bahu sehingga memberikan bentuk yang khas pada perempuan. Seringkali remaja puteri merasa dirinya gemuk, sehingga mereka menjadi preokupasi untuk menurunkan berat badan dengan cara mengatur diet, olah raga atau menggunakan obat pelangsing. Kadang-kadang mereka sangat takut gemuk dan berpuasa berlebihan.

Disamping terjadinya pertumbuhan fisik yang pesat, terdapat pula perubahan lainnya. Umumnya pada anak perempuan pertumbuhan payudara merupakan tanda pertama dan yang paling nyata (pada sepertiga anak remaja, pertumbuhan rambut pubis terjadi sebelum tumbuh nya payudara).

Tabel 1

PERKEMBANGAN FISIK REMAJA NORMAL

Perempuan

Laki-laki

1. Pertumbuhan pesat (10–11 tahun) Konsultasikan kepada dokter bila pertumbuhan pesat sudah mulai sebelum usia 9 tahun atau belum mulai pada usia 13 tahun

2. Perkembangan payudara (10–11 tahun). Perkembangan payudara biasanya merupakan tanda awal dari pubertas. Daerah putting susu dan sekitarnya mulai membesar. Konsultasikan kepada dokter bila tunas payudara belum terlihat pada usia 15 tahun

3. Rambut pubis (10–11 tahun), Rambut ketiak dan badan (12–13 tahun). Usia mulai tumbuhnya rambut badan bervariasi luas

4. Pengeluaran sekret vagina (10–13 tahun)

5. Produksi keringat ketiak (12–13 tahun). Dengan berkembangnya kelenjar apokrin menyebabkan meningkatnya keringat di ketiak dan perubahan bau badan.

6. Menstruasi (11-14 tahun). Konsultasikan kepada dokter bila menstruasi sudah mulai sebelum usia 10 tahun atau belum mulai setelah usia 16 tahun.

  1. Pertumbuhan pesat (12–13 tahun).
  2. Testis dan skrotum (11–12 tahun). Kulit skrotum jadi gelap dan testis bertambah besar. Testis seharusnya sudah turun sejak masa bayi. Konsultasikan kepada dokter bila testis belum mulai membesar pada usia 14 tahun.
  3. Penis (12–13 tahun). Penis mulai berkembang.
  4. Ejakulasi (13–14 tahun). Keluarnya mukus cair dari penis mulai sekitar 1 tahun setelah penis memanjang. Pada awalnya ejakulasi tanpa disertai sperma.
  5. Rambut pubis (11–12 tahun) rambut ketiak dan badan (13–15 tahun) kumis, cabang, jenggot (13–15 tahun). Perkembangan rambut pada badan sangat bervariasi, tergantung dari pola keluarga, pertumbuhan rambut mulai dari perut ke dada.
  6. Perkembangan kelenjar keringat ketiak (13–15 tahun). Dengan berkembangnya kelenjar apokrin menyebabkan meningkatnya keringat di ketiak dan timbul bau badan dewasa.
  7. Suara pecah dan membesar (14–15 tahun). Kira-kira setahun sebelum suara pecah , jakun mulai tumbuh.

Perkembangan seksual dipengaruhi oleh faktor : pola keluarga, kesehatan pada umumnya dan variabel normal, Biasanya perkembangan ini dapat diduga sebelumnya misalnya anak perempuan yang ibunya terlambat mulai menstruasi, kemungkinan juga akan mengalami keterlambatan. Anak yang mempunyai badan kecil dan kurus, juga akan terlambat perkembangannya dibandingkan dengan yang lain.

Pematangan fisik lebih dini khususnya pada anak laki-laki yang lebih besar dan lebih kuat dari pada temannya, akan menyebabkan kebanggaan tersediri, Anak tersebut bersikap lebih atletis dan gagah, yang merupakan faktor penting dalam menentukan popularitasnya diantara teman sebaya, orang dewasa cenderung memperlakukan mereka sebagai orang yang telah dewasa dan memberikan tanggung jawab kepada mereka, meskipun harapan ini tidak selalu sesuai dengan keadaan anak tersebut.

Pematangan fisik lebih dini pada anak perempuan nampaknya tidak sejalan dengan pemantang psikologis , misalnya pada anak perempuan yang lebih tinggi dari teman-temannya mungkin merasa tidak feminin. Menyadari kondisi ini, anak sering kali mengembangkan postur tubuh yang buruk, karena mereka berusaha untuk tampak lebih kecil. Payudara yang tumbuh lebih dini. Seringkali menimbulkan rasa malu, disamping mereka mendapatkan keutungan karena diperlakukan sebagai orang dewasa, mereka juga berisiko karena diperlakukan sebagai orang yang sudah dewasa secara seksual. ada kemungkinan mereka mendapat tekanan seksual dari laki-laki, sementara ia belum mampu mengatasinya.

Anak laki-laki berumur 13–14 tahun yang berkembang secara normal, kemungkinan 15 cm lebih tinggi dari pada anak perempuan, Pematangan yang terlambat baik pada laki-laki maupun perempuan dapat mempengaruhi harga diri dan percaya diri yang menyebabkan perasaan tegang dan cemas. Kepercayaan diri dalam pergaulan akan

Terganggu, khususnya pada anak laki-laki akan mengalami hambatan dalam bergaul dengan anak perempuan yang biasanya secara fisik atau mental lebih matang dari pada anak laki-laki. Jadi remaja yang melihat temannya bertumbuh lebih dari dirinya, mungkin akan merasa cemas dan tidak beruntung. Orang–tua seringkali merasa cemas bila anak remajanya mengalami hambatan perkembangan, yang kemudian membawa mereka ke dokter, perlu diingat bahwa keterlambatan pada anak perempuan sampai usia 13 tahun atau anak laki-laki sampai usia 15 tahun, masih dalam batas normal. Biasanya pematangan akan terjadi usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 18 tahun untuk laki-laki. Keterlambatan dalam perkembangan remaja jarang disebabkan karena masalah hormonal. Dampak dari keterlambatan perkembangan ini dapat dikurangi dengan cara memberikan peneguhan (reassurance) bila keterlambatan itu masih dalam batas normal. Sering kali anak yang terlambat berkembang, akhirnya lebih tinggi dari rata-rata.

Remaja sangat sensitif terhadap perubahan badannya. akibatnya mereka merasa memerlukan “ privacy “, antara lain orang tua perlu mengetuk pintu bila akan masuk kamar mereka.

2. Perkembangan Psikososial

Beberapa anak melalui masa remaja dan memasuki masa dewasa dengan relatif mulus, sedangkan anak lain lebih bergejolak. Untuk itu orang–tua perlu memahami kondisi dan kebutuhan anak yang berubah dengan cepat. Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah, bahkan hubungan anak dengan orang–tua yang baik sekalipun kadang-kadang menegangkan pada saat remaja. Pada masa bayi dan kanak, pola perkembangan merupakan petunjuk yang berguna bagi orang–tua Setiap tahap yang sudah dicapai memberikan peneguhan bahwa perkembangan telah berjalan normal jarang sekali perubahan pada remaja dipandang dengan cara yang positif, Orang–tua sering mengeluh tidak mengerti perubahan yang dialami anak remajanya dan malah menganggapnya sebagai pembangkang , dan egosentris. Sebenarnya masalah ini mudah diatasi, bila melihatnya sebagai bagian dari perkembangan yang normal. Walaupun orang–tua tidak dapat menerima atau mentolerir keadaan ini, namun orang–tua tidak perlu cemas karena masa remaja akan berlalu dengan sendirinya.

Tabel 2

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA AWAL

( 10 – 14 TAHUN )

Tahap perkembangan

Dampak Terhadap Anak

Efek Terhadap Orangtua

  1. Cemas terhadap pemampilan Badan /fisik

  1. Perubahan Hormonal

  1. Menyatakan kebebasan dan merasa sebagai seorang individu, tidak hanya sebagai seorang anggota keluarga

  1. Perilaku memberontak dan melawan,

  1. Kawan menjadi lebih penting

  1. Perasaan memiliki terhadap teman sebaya Anak Laki-laki : membentuk gang, kelompok, anak perempuan : mempunyai sahabat.

  1. Sangat menuntut keadilan, tapi cenderung melihat sesuatu sebagai hitam putih serta dari sisi pandang mereka sendiri

Kesadaran diri meningkat (self consciousness)

Pemarah, anak laki-laki yang tadinya baik dapat menjadi lebih agresif, mungkin pula timbul jerawat baik pada anak laki-laki maupun Perempuan.

Bereksprerimen dengan cara berpakaian, berbicara dan cara penampilan dirim sebagai suatu usaha untuk mendapatkan identitas baru

Kasar, dan Menuntut memperoleh kebebasan.

Ingin tampak sama dengan teman yaitu dalam cara berpakaian, gaya rambut, mendengarkan musik dan lain-lain

Pengaruh teman dan orang–tua teman menjadi sangat besar.

Remaja tidak mau berbeda dari teman sebaya

Mungkin tampak tidak toleransi dan sulit berkompromi, Mungkin pula timbul iri hati terhadap saudara kandung dan seringkali ribut dengan mereka.

Orang-tua mungkin menganggap anak “ ter fokus pada dirinya “.

Orang–tua mungkin menenmukan kesulitan dalam hubungan dengan

remaja

Orang tua merasa ditolak dan sulit

menerima keinginan anak yang berbeda dari mereka

Orang-tua perlu menangani anak secara hati-hati, bila ingin mempertahankan hubungan baik.

Orang–tua merasa tidak mudah membuat keseimbangan antara “ permisif “ dan” over protective “

Orang tua mungkin terganggu oleh tuntutan finansial dan gaya hidup anak

Orang–tua merasa kurang enak karena dikritik oleh anaknya sendiri.

Kadang-kadang terjadi bentrok dengan peraturan keluarga. Orang tua harus meninjau sikapnya untuk mengatasi perasaan “ tidak adil “ ini.

Tabel 3

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA PERTENGAHAN

( 15 – 16 TAHUN )

Tahap perkembangan

Dampak Terhadap Anak

Efek Terhadap Orangtua

1. Lebih mampu untuk berkompromi

2. Belajar berpikir secara independen dan membuat keputusan sendiri

3. Terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan cira diri yang dirasakan nyaman bagi mareka

4. Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru, mengujinya walaupun berisiko

5. Tidak lagi terfokus pada diri sendiri

6. Membangun nilai/norma dan mengembangkan moralitas

7. Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan rasa setia kawan

8. Mulai membina hubungan dengan lawan jenis

9. Intelektual lebih berkembangdan ingin tahu tentang banyak hal. Mampu berpikir secara abstrak, mulai berurusan dengan hipotesa

10. Berkembangnya ketrampilan intelektual khusus misalnya, kemampuan matematika, bahasa dan ilmu pengetahuan lainnya

11. Mengembangkan minat yang besar dalam bidang seni dan olah raga seperti musik, seni lukis, tari, basket dan lain-lain

12. Senang bertualangan, ingin berpegian secara mandiri mengikuti kegiatan seperti memanjat tebing, naik gunung dan lain-lain.

Lebih tenang, sabar dan lebih toleransi. Dapat menerima pendapat orang lain, meskipun berbeda dengan pendapatnya sendiri

Menolak campur tangan orang –tua untuk mengendalikannya kurang dapat dipengaruhi dan teman tidak lagi berpengaruh besar

Baju , gaya rambut,Sikap dan pendapat mereka sering berubah-ubah

Mulai bereksperiman dengan rokok , alkohol dan kadang-kadang Napza.

Lebih bersosialisasi dan tidak lagi pemalu

Mempertanyakan ide dan nilai/ norma yang diterima dari keluarga

Ingin menghabiskan waktu lebih

banyak dengan teman dari pada

dengan keluarga

Mulai berpacaran ,tapi hubungan belum serius.

Mulai mempertanyakan sesuatu yang sebelumnya tak berkesan . Ingin mengikuti diskusi atau debat

Mungkin tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan ini

Mungkin mengabaikan pekerjaan sekolah karena adanya minat yang baru ini

Remaja merasa dirinya mampu sehingga mereka tidak mengikuti upaya penyelamatan diri yang dianjurkan

Orang –tua secara bertahap merasakan semakin mudah berhubungan dengan anaknya.

Orang-tua harus untuk memberikan kepercayaan kepada anak dan tidak terlalu mengendalikannya

Orang-tua mungkin menanggapi sikap remaja secara serius dan kuatir akan jadi menetap

Cemas terhadap risiko ini sehingga orang-tuacenderung membatasi dan menetapkan aturan.

Orang-tua melihat bahwa remaja siap untuk membina hubungan dekat.

Dapat menjadi masalah bila remaja menolak sikap yang mempunyai nilai tinggi bagi orang-tua.

Orang-tua cemas akan pengaruh teman

Orang-tua cemas dan mungkin pula terlalu ikut campur.

Orang tua mempunyai kesempatan untuk lebih mengetahui anaknya

Orang tua perlu menunggu sampai tahap remaja pertengahan sebelum menyimpulkan tentang keampuan intelektual anak

Orang tua perlu mengenali bahwa anaknya memiliki kemampuan yang mungkin lebih dari dugaannya

Orang tua ingin melarang kegiatan

Anak yang berbahaya

TABEL 4

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA AKHIR

( 17 – 19 TAHUN )

Tahap perkembangan

Dampak Terhadap Anak

Efek Terhadap Orangtua

1. Ideal

2. Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga

3. Harus belajar untuk mencapai kemandirian baik dalam bidang finansial maupun emosional

4. Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis

5. Merasa sebagai orang dewasa yang setara dengan anggota keluarga lainnya

6. Hampir siap untuk menjadi orang dewasa yang mandiri

Cenderung menggeluti masalah sosial/politik. Dapat pula menggeluti nilai-nilai keagamaan dan bahkan pindah agama

Mulai belajar mengatasi stres yang dihadapinya, mungkin lebih senang pergi dengan teman daripada berlibur dengan keluarganya

Kecemasan dan ketidak pastian masa depan dapat merusak harga diri dan

keyakinan diri

Mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menghabiskan waktunya dengan mereka

Cenderung merasa pengalamannya berbeda dengan orang-tuanya

Mungkin ingin meninggalkan rumah dan hidup sendiri

Orang tua menjadi tegang dan distres karena penolakan anak terhadap

agama dan kepercayaannya sendiri

Keinginan orang-tua untuk melindungi anaknya dapat menimbulkan bentrokan

Orang-tua mungkin masih

memberikan dukungan finansial terhadap remaja yang secara emosional tidak lagi tergantung kepada mereka, Hal ini dapat membuat hubungan menjadi tidak mudah

Orang-tua cenderung cemas terhadap hubungan yang terlalu serius dan terlalu dini. Mereka takut sekolah atau Pekerjaan akan terabaikan.

Orang-tua mungkin berkecil hati

menghadapi keadaan ini.

Orang-tua perlu menyesuaikan bila akhirnya anak meninggalkan rumah.

Sikap dan Perilaku

Kadang-kadang remaja nampak “ besar Kepala “. sebagai suatu usaha untuk meyakinkan orang bahwa mereka lebih percaya diri dari pada yang dia rasakan Rasa percaya diri ini perlu dibangun , namun seringkali orang dewasa disekitar mereka berusaha merendahkan perasaan ini dengan mengatakan “ Dia besar kepala “ , “ Dia sok jagoan “,Dia Sombong “ dan lain-lain. Umumnya orang perlu merasa dirinya baik. Cara seseorang memandang dirinya sangat mempengaruhi tindakan dan perilakunya . Remaja yang mempunyai “ harga diri “ tinggi akan berpikir positif tentang dirinya, sehingga mereka lebih berprestasi di sekolah, mungkin lebih kompetitif, cenderung banyak teman, dan merasa sanggup menjalani kehidupannya. Orang–tua yang suka mengeritik atau menghukum akan memberikan kesan bahwa mereka tidak menghargai anak, akibatnya anak akan menyerap pandangan negatif itu terhadap dirinya, sehingga dia tidak memiliki rasa percaya diri.

Remaja yang mempunyai “ harga diri “ sangat rendah seringkali tak dapat menyesuaikan diri. Remaja yang suka marah, merusak disekolah, atau melakukan kenakalan remaja, cenderung mempunyai harga diri yang rendah sehingga berisiko menyebabkan ketergantungan pada NAPZA. Depresi juga berkaitan dengan harga diri yang rendah karena merasa tak berdaya menghadapi kesulitan dalam kehidupan, Kepercayaan bahwa mereka berguna dan cukup dicintai dapat membangun harga diri seorang anak. Harga diri biasanya berkembang dimasa remaja. Mereka yangpunya harga diri biasanya berasal dari keluarga yang menghargai keberhasilan anak dan mendorong untuk mengambil keputusan serta diberi tanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

  1. Masalah Kesehatan Pada Remaja

Masalah-masalah yang sering dialami remaja antara lain :

a. Kegelisahan yang terjadi karena remaja mempunyai banyak hal yang diinginkan tetapi remaja tidak anggup untuk memenuhi semua yang diinginkannya.

b. Depresi ; lebih banyak disebabkan karena cinta romantis daripada karena masala pertemanan

c. Bunuh diri ; pada remaja,bunuh diri terjadi karena kebingungan peran, cemas, dan ketidakmampuan remaja dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.

d. Pergi dari rumah ; terjadi karena remaja menginginkan kebebasan dan mencari jati diri.

e. Ketidakstabilan emosi ; terjadi karena pengaruh hormonal sehingga dapat menyebabkan perilaku kekerasan antar remaja.

f. Anoreksia dan bulimia nervosa ; terjadi karena adanya ketidakstabilan antara gambaran diri yang dimiliki remaja dan

g. Cemas ; konflik, karena merasa masa depannya tidak pasti.

h. Senang bereksperimen dan bereksplorasi ; hal ini dapat menyebabkan kecelakaan bahkan kematian.

i. Penyalahgunaan obat narkotika ; disebabkan karena rasa ingin tahu, untuk meningkatkan percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, bias juga dipengaruhi oleh social dan interpersonal termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, penilaian negative dari orang tua, perceraian, dan perpisahan dengan orang tua.

Dalam makalah ini kami memfokuskan membahas gangguan jiwa pada remaja yaitu anoreksia nervosa.

ANOREKSIA NERVOSA

Pengertian

Gangguan makan yang umumnya ditemui pada remaja putri adalah anoreksia atau istilah kerennya dikenal dengan anorexia nervosa. Anorexia berarti kehilangan nafsu makan atau suatu sindrom yang membuat penderita menghindari keinginan untuk makan yang kemudian membuat dirinya berhasil menguasai dan mengatasi rasa lapar dan nafsu makannya sendiri. Penderita anoreksia sadar bahwa mereka merasa lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka karena bisa berakibat naiknya berat badan.

Persepsi mereka terhadap rasa kenyang terganggu sehingga pada saat mereka mengkonsumsi sejumlah makanan dalam porsi kecil sekalipun, mereka akan segera merasa ‘penuh’ atau bahkan mual. Mereka terus menerus melakukan diet mati-matian dan atau melakukan olahraga secara berlebihan, sehingga berat badannyapun turun secara drastis. Pada akhirnya kondisi ini bisa menimbulkan efek yang berbahaya yaitu kematian si penderita. Penderita biasanya benar-benar ingin kurus sampai-sampai penderita merasa kedinginan, sulit tidur dan beberapa gangguan emosional lainnya. (Anorexia Nervosa and Refeeding Syndrome.A Case Report )

Karena berbagai pencitraan di media massa mengenai bentuk tubuh ideal seorang perempuan, banyak perempuan yang menjadi korban tanpa disadari. Pada waktu yang sama, seringkali media mempunyai kecenderungan menyangkal nilai kualitas dan kekuatan yang timbul dari dalam diri. Banyak wanita dengan berat dan bentuk tubuh yang berbeda-beda "dikeluarkan" dari masyarakat atau direndahkan oleh citra-citra dan pesan-pesan ini. Sehingga pencitraan ukuran tubuh yang langsing cenderung ceking telah melipat gandakan kasus-kasus Anorexia dan Bulimia.

Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi sangat concern atas pertambahan berat badan mereka. Terjadi perubahan fisiologis tubuh yang kadangkala mengganggu. Biasanya, hal ini lebih sering dialami oleh remaja putri daripada remaja pria. Dalam JURNAL The Anxiety Level Differences Among Male and Female terlihat pula bahwa tingkat kecemasan perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. Apalagi para remaja putri,tahu bahwa mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak sehingga mereka akan mudah untuk gemuk apabila mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi.

Penyebab

Keterlibatan faktor kepribadian dinyatakan oleh fakta bahwa penderita anoreksia cenderung wanita tertentu, muda, berkulit putih dan dari keluarga yang bergerak ke atas yang menekankan pada pencapaian. Jenis latar belakang ini menyebabkan tuntutan dan harapan keluarga yang menimbulkan stres, dan dalam konteks ini, penolakan wanita untuk makan mungkin tanpaknya (tanpa disadari) sebagai cara menunjukan kendali. Kemungkinan lain yang lebih jarang disebutkan adalah penderita anoreksia mewakili kenakalan seksualitas. Selain tidak mengalami menstruasi, wanita mengalami underweight parah tidak memilki karakteristik seksual lain, seperti feminim yang sesungguhnya (Bruch, 1973).

Ilmu sosial telah mengatakan bahwa faktor sosial memilki peranan penting dalam anoreksia, khususnya penekanan masyarakat terhadap kekurusan wanita. Penekanan ini semakin meningkat dengan jelas selama beberapa tahun terakhir, dan selama itu insidensi anoreksia juga meningkat dalam periode tersebut. Indikasi adanya perubahan ini adalah perubahan apa yang dianggap oleh masyarakat sebagai wanita "sempurna", yang sangat menyebabkan wanita merasa tubuhnya sendiri jauh lebih berat dibandingkan ideal mereka (Logue, 1991).

Peniliti lain telah memfokuskan pada kemungkinan penyebab biologis. Salah satu hipotesis adalah anoreksia disebabkan oleh malfungsi hipotalamus. Observasi kritis yang menghasilkan hipotesis ini adalah kadang-kadang penghentian menstruasi pada penderitaan anoreksia tidak disebabkan berat badan mereka atau efek sampingnya. Dengan demikian, mungkian ada faktor sama yang menyebabkan ketidakteraturan menstruasi dan anareksia. Hal yang paling mungkin adalah hipotalamus, mengingat hipotalamus memiliki peranan penting dalam pola makan dan fungsi hormonal.

Tanda dan Gejala

Gejala anorexia bisa bermacam-macam tergantung individu yang menderitanya. Menurut hasil penelitian dalam Jurnal of Clinical and health psychology biasanya ditandai dengan :

· Menolak untuk mempertahankan berat badan normal dan cenderung selalu ingin lebih kurus.

· Selalu ketakutan berat badannya akan naik walaupun kenyataannya berat badannya turun terus.

· Berolahraga secara berlebihan

· Punya kebiasaan makan yang aneh, seperti menyisihkan makanan di piringnya dan memotong-motongnya menjadi bagian-bagian kecil, mengunyah lambat-lambat, serta menghindari makan bersama keluarga.

· Mereka menganggap kulit dan daging pada tubuh mereka sebagai lemak yang harus dimusnahkan.

· Tidak adanya lemak di tubuh membuat penderita anorexia merasa tidak nyaman ketika duduk ataupun berbaring (saking kurusnya).

· Mereka juga sulit tidur.

· Dengan berlanjutnya penyakit ini, penderita mulai suka menyendiri dan menarik diri dari teman dan keluarga.

Beberapa penderita anoreksia dan bulimia dapat menurunkan berat badannya antara 25 – 50 % dari berat badan mereka. Jika gangguan ini tidak segera tertangani, maka dapat membawa dampak masalah baik secara fisik maupun psikis yang serius, bahkan kasus yang terparah bisa sampai menyebabkan kematian

Ada 2 tipe anoreksia nervosa;

1. Tipe terbatas; individu dengan tipe ini mengindari makan berlebihan, mereka biasanya menyediakan makan sendiri

2. Tipe binge; individu ini dapat makan dimana saja, akan tetapi selesai makan ia akan segera memuntahkan makanannya di kamar mandi, menggunakan pencuci perut atau memperlancar buangan kotoran.

Dampak

Dampak fisik yang umumnya terjadi pada mereka :

· Kehilangan selera makan, hingga tidak mau mengkonsumsi makanan apapun

· Luka pada tenggorokan dan infeksi saluran pencernaan akibat terlalu sering memuntahkan makanan

· Lemah, tidak bertenaga

· Tubuh penderita bereaksi terhadap kondisi ini dengan cara menghentikan beberapa proses. Tekanan darah menurun drastis, napas melemah, dan kelenjar tiroid yang mengatur pertumbuhan menghilang.

· Kulit mengering, rambut, dan kuku menjadi rapuh.

· Pusing, kedinginan, sembelit, serta pembengkakan sendi.

· Kekurangan lemak menyebabkan temperatur tubuh menurun.

· Sebagai mekanisme alam, tumbuh lanugo atau rambut di seluruh tubuh termasuk wajah.

· Ketidakseimbangan zat kimia dalam tubuh juga dapat menyebabkan serangan jantung.

· Sulit berkonsentrasi

· Gangguan menstruasi yakni berhenti menstruasi tiga bulan berturut-turut atau lebih padahal tidak hamil atau menstruasi terhenti (atau pada anak yang menginjak dewasa, mungkin menstruasi tidak dimulai sama sekali)

· Gastroparesis diabetikal adalah suatu kelainan motilitas lambung yang terjadi pada penderita diabetes tanpa gangguan obstruksi pada gastroduodenal dengan atau tanpa manifestasi sindroma dispepsi dan ini disertai dengan adanya kelainan pada uji pengosongan lambung. (Farrel FJ. and Keeffe EB., 1995). Diman dari hasil penelitian Mabel Sihombing, , dkk. Dalam Jurnal Clinics and Radiologic Improvement With Cisapride Short Term Therapy in Gastroparesis Diabetica tahun 2002, bahwa Gastroparesis bisa diakibatkan oleh berbagai hal ; salah satunya adalah Anorexia Nervosa

· Kematian

Dampak fisik secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kondisi psikis seseorang, sehingga masalah psikologis yang muncul pada mereka adalah :

· Perasaan tidak berharga

· Sensitif, mudah tersinggung, mudah marah

· Mudah merasa bersalah

· Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain

· Tidak percaya diri, canggung berhadapan dengan orang banyak

· Cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya

· Minta perhatian orang lain

· Depresi (sedih terus menerus)

  1. Penatalaksanaan

Penanganan pada Remaja yang mengalami anoreksia nervosa dilingkungan masyarakat :

1. Pentingnya contoh yang baik dari orang tua

Keluarga, sebagai institusi terkecil dalam masyarakat keluarga menjadi tempat paling awal untuk mendapatkan nilai-nilai yang akan dipegang bagi putra-putrinya. Dengan demikian lingkungan keluarga yang nyaman dan indah penuh cinta dan kehangatan relatif akan mampu mengurangi kemungkinan seorang anak memiliki perilaku yang menyimpang. Kondisi menjadi lain, ketika di dalam keluarga seorang anak tidak lagi menemukan kehangatan dan cinta kasih, maka dengan sendirinya mereka akan mencarinya di luar rumah. Beruntung kalau mereka berhasil menemukan dan hinggap di lingkungan benar. Mencegah kegemukan bisa dilakukan dengan pola hidup yang sehat, misalnya melakukan olahraga dengan teratur, menyantap makanan yang bervariasi, mengkonsumsi buah dan sayur setidaknya 5 porsi sehari, banyak minum air putih dan mengurangi soft drink, serta sebisanya mengurangi konsumsi fast food. Sebenarnya, jika diet dilakukan dengan benar, yaitu dengan memperhitungkan semua kebutuhan tubuh dengan baik, maka berat badan bisa berkurang dan tubuh tetap sehat. Jadi demi amannya, sebelum berdiet, ada baiknya berkonsultasi lebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi. Itu pun sebaiknya hanya dilakukan jika memang kegemukan. Anak-anak umumnya akan mencontoh orangtuanya. Jika mereka melihat orangtuanya terbiasa dengan pola hidup yang sehat, maka mereka pun cenderung menirunya. Jika berat badan orangtua normal, tentu mereka tidak akan terdorong untuk melakukan diet secara ekstrim.

2. Adanya dukungan Masyarakat sangatlah penting.

Masyarakat merupakan komunitas yang relatif kompleks dan beragam karakter dan nilai-nilai ada di dalamnya. Kita tentu tidak dapat melupakan peran masyarakat, masyarakat memiliki peran yang jauh lebih besar dari yang kita bayangkan terhadap perilaku menyimpang remaja. Masyarakat juga ikut menentukan kualitas moral remaja, mendominasi nilai-nilai positif, maka jelas juga akan memberi saham bagi bangunan kepribadian remaja yang positif pula. Dan sebaliknya ketika di tengah masyarakat yang dominan adalah perilaku dan nilai yang permisif terhadap perilaku menyimpang maka bukan tidak mungkin, kondisi itu akan ikut menyeret remaja ikut larut di dalamnya. Ketika anak perempuan sudah diindoktrinasi oleh lingkungannya, maka selanjutnya ia yang akan melakukan seksualisasi dirinya sendiri. Gejala ini tampak dalam perilakunya membeli (atau meminta orangtua membelikan) produk atau pakaian yang membuatnya tampak lebih menarik secara fisik atau lebih seksi. Di tahap ini anak perempuan akan melakukan objektivikasi diri (self-objectification), di mana mereka memandang diri/tubuh mereka sendiri sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain secara fisik dan seksual. Inilah sesungguhnya pentingnya kesadaran semua pihak untuk ikut menata dan membangun masyarakat menjadi tempat yang ramah terhadap dunia remaja..

3. Adanya Pengaruh media massa

Peran media seperti TV, film, dan majalah dalam hal ini memang cukup kuat. Media selalu menampilkan modelmodel dengan bentuk tubuh yang nyaris sempurna. Para model itu terlihat begitu keren dengan tubuh sekurus papan dan tampil dengan busana yang trendi. Hal itu seringkali membuat para remaja, terutama remaja puteri, terdorong untuk tampil seperti mereka dengan cara berdiet. Di usia remaja, biasanya mereka cenderung ingin mencoba segala sesuatu. Di satu sisi mereka ingin langsing, di sisi lain kebiasaan remaja yang senang beramai-ramai dengan kelompoknya menikmati aneka fast food membuat mereka mudah menjadi gemuk. Sehingga akhirnya timbul kebutuhan untuk berdiet. Mereka tidak memahami bahwa diet tidak boleh dilakukan sembarangan. Bagaimana pun tubuh membutuhkan berbagai zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, berbagai vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup agar tetap sehat. Terlebih remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan, tubuhnya membutuhkan zat-zat gizi untuk tumbuh. Jika sampai kekurangan salah satu saja dari zat-zat gizi tersebut, dalam tahap ringan akan timbul gangguan ringan atau menurunnya fungsi tubuh; misalnya kekurangan vitamin B bisa membuat badan cepat merasa lelah, sedangkan kekurangan vitamin A akan menurunkan daya tahan tubuh. Apabila kekurangan gizi tersebut sudah dalam tahap yang parah, maka akan terjadi apa yang dinamakan penyakit defisiensi (penyakit akibat kekurangan salah satu zat gizi), misalnya penyakit beri-beri yang terjadi akibat defisiensi vitamin B, atau terjadinya kebutaan akibat rusaknya kornea mata disebabkan defisiensi vitamin A. Namun demikian, kedua pakar gizi tersebutjuga menganjurkan untuktidak mengkonsumsi zat-zat gizi secara berlebihan. Karena jika berlebihan juga dapat membahayakan kesehatan. Itulah sebabnya dalam berdiet kita pun perlu memperhatikan jumlah zat gizi yang dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari, sesuai dengan umur dan jenis kelamin.

4. Pendidikan agama

Pendidikan agama dari keluarga dan tokoh masyarakat. sangat rentan terjadi pada siswa. Semua karena benteng iman, ketakwaan, dan akhlak para siswa sangat rapuh karena pendidikan religi yang sangat tidak memadai.

BAB III

PENUTUP

1. Perkembangan Fisik: Anak perempuan mulai berkembang pesat pada usia 10,5 tahun dan paling cepat pada usia 12 tahun. Sedangkan anak laki-laki 2 tahun lebih lambat mulainya, namun akhirnya anak laki-laki bertambah 12 – 15 cm dalam 1 tahun hingga pada usia 13 sampai menjelang 14 tahun.

2. Perkembangan Psikososial: Cemas terhadap pemampilan Badan /fisik, Perubahan Hormonal, Menyatakan kebebasan dan merasa sebagai seorang individu, tidak hanya sebagai seorang anggota keluarga, Perilaku memberontak dan melawan,Kawan menjadi lebih penting, Perasaan memiliki terhadap teman sebaya Anak Laki-laki : membentuk gang, kelompok, anak perempuan : mempunyai sahabat, Sangat menuntut keadilan, tapi cenderung melihat sesuatu sebagai hitam putih serta dari sisi pandang mereka sendiri.

3. Masalah-masalah yang sering dialami remaja: Kegelisahan,depresi, bunuh diri, pergi dari rumah, ketidakstabilan emosi, Anoreksia dan bulimia nervosa, cemas, senang bereksperimen dan bereksplorasi ; hal ini dapat menyebabkan kecelakaan bahkan kematian, penyalahgunaan obat narkotika.

4. Anoreksia Nervosa berarti kehilangan nafsu makan atau suatu sindrom yang membuat penderita menghindari keinginan untuk makan yang kemudian membuat dirinya berhasil menguasai dan mengatasi rasa lapar dan nafsu makannya sendiri.

5. Penyebab Anoreksia Nervosa karena adanya keterlibatan faktor kepribadian, faktor sosial, faktor biologis, dll.

6. Penanganan pada Remaja yang mengalami anoreksia nervosa dilingkungan masyarakat : Pentingnya contoh yang baik dari orang tua, Adanya dukungan Masyarakat, pendidikan agama.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.yadim.com.my/wanita/WanitaFull.asp?Id=150. (diakses pada tanggal 12 Juni 2009)

http://www.kikil.org/forum/Thread-anorexia-solusi-cepat-jadi-ramping?pid=36065. (diakses pada tanggal 12 Juni 2009)

http://www.kikil.org/forum/Thread-anorexia-solusi-cepat-jadi-ramping?pid=36065. (diakses pada tanggal 12 Juni 2009)

http://hsilkma.blogspot.com/2008/03/anoreksia-nervosa.html (diakses pada tanggal 13 Juni 2009)

Anorexia Nervosa. Jurnal Perempuan, Media Awareness. www.about-face.org

http://rumahbelajarpsikologi.com Powered by Joomla! Generated: 13 June, 2009, 08:03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar